
Alhavibes - Bahaya perokok pasif dan aktif perlu menjadi perhatian besar untuk semua kalangan. Bahkan, jumlah perokok aktif di Indonesia terus berada dalam pola pertumbuhan. Bukan hanya orang tua, ancaman kecanduan serta bahaya tembakau sekarang juga memengaruhi generasi muda dan remaja.
Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur P2PTM di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengungkapkan bahwa tingkat kecenderungan merokok terus meningkat dan kini ditemukan pada usia yang lebih muda dari sebelumnya. Ini berarti jumlah perokok remaja semakin bertambah.
Menurut survei kesehatan Indonesia (SKI) paling baru yang dirilis Kementerian Kesehatan di tahun 2023, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa perkiraan jumlah perokok aktif sekitar 70 juta jiwa. Di antara mereka, 7,4% adalah anak-anak dan remaja dengan usia berkisar dari 10 sampai 18 tahun.
" Ini merupakan suatu alarm tentang kepentingan kontrol terhadap rokok mulai dari usia muda. Hal ini cukup memprihatinkan," ujar Nadia saat diwawancara. Alhavibes Di Jakarta pada Peresmian RAW oleh Jalin Foundation, Rabu (7/5).
Penyebab peningkatan jumlah perokok remaja dan anak yang terus berubah adalah karena sejumlah alasan. Menurut Nadia, salah satu pemicunya ialah akibat promosi produk tembakau atau rokok yang belakangan ini cenderung tidak terkontrol.
Menurut Nadia, sekarang ini iklan tentang rokok dan barang-barang tembakau yang lain sering kali memperlihatkan remaja. Ini bisa berdampak pada persepsi para pemuda bahwa merokok adalah sesuatu yang biasa dalam lingkaran sosial mereka.
Di samping itu, penjualan rokok serta barang-barang tembakau lainnya kabarnya semakin leluasa sekarang. Sampai-sampai di mal-mal dan pusat perbelanjaan, remaja hingga anak-anak dapat dengan ringan memperoleh produk-produk yang memiliki risiko memicu kecanduan dan masalah kesehatan tersebut.
"Kampanye pencegahan merokok harus ditujukan kepada remaja laki-laki. Grup ini memiliki peran signifikan dalam hal bonus demografi," jelas Nadia.
Menurut dia, penting bagi kita untuk menghasilkan suatu kondisi serta struktur sosial yang dapat mencegah orang agar tak terpikat pada asap rokok mulai dari tahap pertama, dan juga mendukung mereka yang telah merokok supaya berhenti sebelum jadi perokok profesional.
Nadia menyebutkan bahwa salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat perokok pemuda laki-laki adalah dengan melaksanakan aturan daerah bebas rokok di lingkungan sekolah serta tempat umum, membatasi penjualan kepada orang dewasa berdasarkan usia, dan melarang promosi rokok lewat platform media sosial.
Hal itu pun diterangkan oleh Koordinator Tim Kerja Pengendalian Penyakit Berhubungan dengan Rokok (PPAR) dari Kementerian Kesehatan Benget Saragih. Di kesempatan serupa, Benget menyinggung bahwa jumlah remaja dan anak kecil perokok sekarang telah mencapai tingkat keprihatin.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pemerintah melalui Kementerian Kesehatan beserta pihak terkait lainnya harus dengan sengaja menyusun solusi untuk memastikan agar jumlah remaja dan anak yang menjadi perokok tidak semakin meningkat.
"Peningkatan jumlah perokok di kalangan anak-anak kita masih berlanjut. Di samping itu, penggunaan rokok elektrik pun semakin meningkat dengan signifikan. Kedua hal ini pastinya membahayakan kesehatan mereka. Oleh karena itu, kami terus mendukung pembentukan regulasi serta kebijakan-kebijakan baru, termasuk merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024," ungkap Benget.
Menghadapi kondisi itu, Yayasan Jalin mengembangkan kampanye bernama RAW (Tangguh, Luar Biasa, Bijaksana). Ini adalah suatu gerakan pemasaran sosial bertujuan mempromosikan perubahan sikap di antara pemuda laki-laki. Gerakan ini menitikberatkan usaha dalam mencegah awal kebiasaan merokok dan membantu mereka yang mau berhenti dengan cara-cara kreatif, interaktif, serta didasarkan pada harapan-harapan para remaja.
Direktur Eksekutif dari Yayasan Jalin, Dian Rosdiana, menggarisbawahi kepentingan memasukkan pemuda dengan proaktif dalam pembuatan strategi kampanye. Dia menjelaskan bahwa upaya pencegahan terhadap rokok akan lebih berhasil jika mencakup pendapat para remaja. Menurut dia, RAW tidak sekadar bertujuan untuk mensosialisasikan informasi, tapi juga membuka kesempatan kepada pemuda agar dapat berpendapat dan merasa diperhatikan." Begitulah penjelasannya.
Dinyatakan bahwa RAW hadir sebagai tempat perlindungan dan pembangunan kepercayaan diri bagi pemuda lewat beragam aktivitas kreatif, termasuk berinteraksi di media sosial, berkumpul secara sehat, serta melakukan olahraga bersama-sama. Partisipasi orangtua dan pendidik turut diperankan sehingga menciptakan lingkungan mendukung pola hidup sehat dan tanpa rokok.
0 Komentar